Makalah produk kerajinan tekstil
Di Susun Oleh :
Ketua : Jiran Muhammad
Anggota : Moh. Rafly S. Adam
Nur Rahmi
Hasbiah
Muh. Fiqhri
Oktaviani Firdaus
SMA NEGERI 1 PARIGI
KELAS X MIPA F
TAHUN PELAJARAN 2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Membuat produk kerajinan tekstil” Sebagai Barang Berguna ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Intan selaku guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yang memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai cara pembuatan produk tekstil, dan juga bagaimana membuat produk tekstil menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Parigi, Januari 2016
Penyusun
Daftar Isi
Judul Materi 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab I Isi Materi 4
Bab II Pembahasan 7
Bab III Kesimpulan & Saran 16
Daftar Pustaka 17
BAB I : ISI MATERI
Produk tekstil dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori berdasarkan bahan pembuatan produk tekstil tersebut. Secara garis besar produk tekstil dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu produk tekstil yang dibuat dari benang, dibuat tidak menggunakan benang (menggunakan serat tekstil) dan dibuta tanpa menggunakan benang/serat/filamen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Kain Yang Dibuat Dari Benang
Metode Anyaman (Interlacing)
Kain yang dibuat dengan metode anyaman (interlacing) menggunakan proses pertenunan (weaving). Proses penganyaman dilakukan antara benang lusi dan pakan yang letaknya saling tegak lurus satu sama lain. Hasilnya kelak adalah berupa kain tenun. Alat yang lazim digunakan pada metode anyaman, antara lain gedogan yang dijalankan dengan tangan dan Alat Tenun Mesin (ATM).
Metode Jeratan (Interplooping)
Metode jeratan biasanya menggunakan proses merajut (knitting). Pembuatan jeratan (loops) pada benang dilakukan dengan menggunakan alat berupa jarum berkait/berlidah. Hasilnya disebut kain rajut. Kain rajut bersifat elastis, mudah merenggang, dan porous (berlubang-lubang).
Metode Jalinan (Intertwisting)
Kain yang dibuat dengan metode jalinan menggunakan sejumlah proses di antaranya merenda (crochetting), netting (knotting tatting freevolite) dan lace. Hasilnya disebut kain renda.
Metode kepangan (braiding)
Proses yang digunakan dalam metode kepangan adalah dengan melakukan penganyaman tiga helai benang atau lebih. Bahan benang dapat diganti dengan pita kain. Hasilnya berupa helai pita atau pita tabung, tali sepatu, parasut dan sebagainya.
Kain Yang Dibuat Tidak Menggunakan Benang
Metode Pengempaan (Felting)
Kain hasil pengempaan berwujud susunan kain yang langsung dari serat wol tanpa jahitan. Serat wol merupakan serat paling ideal yang dikerjakan dengan menggunakan panas air dan tekanan. Serat wol akan menggelembung dalam air dan saling berkait satu sama lain. Kedaan itu akan tetap demikian ketika proses pengempaan dilakukan. Selain yang terbuat langsung dari serat, ada pula kain laken yang dibuat dari kain tenunan wol. Kain wol dikerjakan dalam air sabun hangat atau larutan asam lemah dan diberi tekanan serta putaran sampai mengerut dalam suatu ukuran yang diinginkan (pengerutan 10-25 persen). Proses ini disebut fulling atau milling dan dilakukan agar kain wol menjadi lebih padat dan tebal.
Metode Pengepresan (Bonding)
Metode bonding merupakan proses pengepresan serat-serat tekstil ke dalam bentuk lapisan (thin sheet) atau web hingga serat-serat saling melekat satu sama lain dengan perantaraan adhesive atau plastik. Hasilnya disebut: bonded fabrics (kain press), web fabrics (kain jaring), dan non-woven fabrics (kain non-tenun). Bahan-bahan yang paling sering dibuat dengan metode bonding adalah serat kapas. Selain itu, bahan-bahan seperti rayon, asbes, asetat, nilon, akrilik , dan poliester juga lazim digunakan. Kadang-kadang kain wol press dari serat kapas juga digunakan karena sifatnya yang lembut, daya serap air tinggi, tidak mudah rusak pada waktu basah dan tegangan tarik rendah. Biasanya, digunakan untuk lap tangan, serbet, saringan, dan lainlain.
Teknik Penyemprotan (Sprayed Fiber Fabrics)
Teknik ini menggunakan cairan lengket (viscous) yang cepat menggumpal, disemprotkan (spray) dengan tekanan udara yang hasilnya berupa serat-serat yang dikumpulkan di atas suatu permukaan datar berlubang.
Hasil Proses Laminating
Cara ini menggunakan beberapa lapis kain tenun yang sudah jadi untuk direkatkan satu sama lain dengan bahan perekat (adhesive).
Kain Yang Dibuat Tanpa Menggunakan Serat, Benang Maupun Filamen
Ditinjau dari segi penggunaannya, kini lembaran plastik, film, dan sejenisnya termasuk juga tekstil.
Kain Tapa
Kain tapa dibuat dengan menumbuk beberapa lapisan tipis kulit bagian dalam sejenis pohon Mulberry. Kainnya mirip dengan kertas krep, biasa digunakan untuk pakaian.
Kertas
Akhir-akhir ini fungsi kertas diperluas fungsinya sebagai bahan tekstil untuk pakaian. Kertas banyak pula digunakan untuk bahan pengganti tekstil dalam perlengkapan rumah tangga.
Lembaran Plastik Dan Film
Lembaran plastik dan film dibuat melalui metode resin compounding dengan proses calendaring, hasilnya ada yang berwujud sangat tipis dan transparan seperti cellophane, dan ada pula yang berat dan tebal. Terdapat pula lembaran plastik yang menyerupai kulit untuk keperluan pembungkus tempat duduk dan lain-lain. Ada pula lembaran plastik yang digunakan untuk lapisan bagian belakang kain tenun atau kain rajut. Selain itu, plastik sudah lazim digunakan untuk jas hujan.
Klasifikasi Desain Tekstil
Desain Struktur
Desain struktur adalah desain dari konstruksi tekstil itu sendiri, baik yang berujud tekstil polos maupun dalam bentuk tekstil bercorak. Pada telstil bercorak pembuatan corak dilakukan bersamaan dengan proses pembuatan lembaran tekstil tersebut. Desain struktur meliputi seluruh metode pembuatan tekstil, yaitu meliputi tekstil yang dibuat dari benang, tekstil yang dibuat tidak dari benang, dan tekstil yang dibuat tanpa serat benang maupun filamen.
Desain Permukaan
Desain permukaan tekstil merupakan desain yang ditujukan untuk memperkaya corak permukaan kain. Desain tersebut bisa mengambil bentuk dari benda-benda yang ada di sekeliling manusia atau berbentuk abstrak. Yang penting, desainnya berkualitas baik dan tidak monoton sehingga ketika dipandang orang tidak mudah merasa bosan. Biasanya, untuk apa kain itu akan digunakan, hampir selalu merupakan faktor terpenting dalam perencanaan pengembangan desain. Bahan-bahan pelapis atau bahan gorden, misalnya, dapat memliki pola kain yang lebih lebar dibanding dengan kain untuk pakaian. Pola desain utnuk dasi, juga akan berbeda jenisnya dengan desain yang direncanakan untuk dicetak di atas meja linen. Hiasan pada kain harus dibuat dengan saksama, dan jangan sampai bergulung atau terlipat.
Desain Aplikasi Produk Tekstil
Lazimnya, desain dilaksanakan setelah kain jadi. Meskipun demikian, terdapat pula produk tekstil yang didesain sejak awal sebelum proses finishing dilakukan.
BAB II : PEMBAHASAN
PENGERTIAN KERAJINAN TEKSTIL
Kerajinan tekstil merupakan karya seni atau kerajinan yang dibuat atau memakai tekstil sebagai bahan utama. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:
1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)
2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran
3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar
4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir.
B. KONSEP DASAR KERAJINAN TEKSTIL
A. Prinsip-Prinsip Seni
Tidak semua produk yang berbahan utama tekstil bisa disebut sebagai karya seni, sebab perwujudannya harus memenuhi prinsip-prinsip berikut:
a.Unity (kesatuan)
suatu benda yang dikatakan memiliki nilai seni estetis, harus merupakan kesatuan dan perpaduan dari unsur-unsur pembentuknya secara baik dan sempurna.
b.Complexity (kerumitan)
suatu benda yang memiliki nilai estetis pada dasarnya tidaklah sederhana, dalam pengertian mengandung unsur-unsur yang berpadu dengan kerumitan tertentu seperti saling bertentangan, berlawanan, dan saling menyeimbangkan
c.Intensity (kesungguhan)
suatu benda yang dikatakan yang memiliki nilai estetis bukanlah suatu benda yang kosong, melainkan memiliki kualitas yang menonjol dalam penampilannya. Nilai itu bisa bersifat lembut atau kasar, gembira atau duka, suram atau ceria yang ditampilkan secara sungguh-sungguh.
C. DESAIN KERAJINAN TEKSTIL
Kerajinan tekstil yang akan diwujudkan menjadi karya seni akan terwujud secara maksimal apabila melalui tahap pembuatan produk kerajinan tekstil. Desain merupakan langkah awal dalam mewujudkan suatu karya seni, dan desain merupakan rancangan yang akan memudahkan dalam pencapaian tujuan atau penciptaan karya seni. Dengan demikian desain dapat diartikan sebagai suatu rancangan gambar yang nantinya dilaksanakan dengan tujuan tertentu yang berupa susunan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur. Desain dapat diterapkan pada berbagai benda yang ada di lingkungan kita.
Untuk mendapatkan suatu produk kerajinan tekstil yang baik memerlukan sebuah perencanaan yang didalamnya terdapat kesatuan antara bahan yang digunakan dengan fungsi serta jenis benda yang dibuat, kerumitan dalam pengerjaannya yaitu perpaduan yang seimbang, berlawanan, atau saling bertentangan yang menghasilkan nilai estetis pada benda tersebut.
Suatu desain yang baik akan memperlihatkan susunan yang teratur dari bahan-bahan yang dipergunakan sehingga menghasilkan suatu benda yang indah dan dapat dipergunakan. Dalam hal ini terdapat dua macam desain, yaitu structural design (desain struktur) dan decorative design (desain hiasan)
a. Structural Design (desain struktur)
Structural Design (desain struktur) adalah susunan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur dari suatu benda baik berupa benda yang mempunyai ruang maupun gambaran dari suatu benda. Contoh deesain struktur: gambaran suatu benda yang akan dibuat dilengkapi dengan keterangan ukuran, warna, dan bentuknya.
b. Decorative Design (garnitur)
Decorative Design (garnitur) adalah sentuhan/perlakuan yang diberikan pada permukaan busana yang memberikan efek visual memperindah penampilan. Garnitur bisa sebagai unsur dekoratif/hiasan atau sebagai unsur fungsional.
Terdapat tiga cara dalam menyusun decorative desain, yaitu: By the color and pattern, By construction dedtails, By decorative trims. (Davis dalam Mila Karmila, 2006: 27)
By the color and pattern, yaitu warna dan motif yang tersusun dalam suatu bahan tekstil pada busana, secara tidak langsung juga berfungsi sebagai decorative design.
2. By construction details, yaitu membentuk detail hiasan tertentu pada busana disini biasanya dilakukan dengan membuat jahitan/setikan pada kain/tekstil.
3. By decorative trims, yaitu teknik yang biasanya berupa tempelan kain diatas permukaan kain dengan menambahkan unsur pelengkap lain pada permukaan kain.
Pembuatan produk kerajinan tekstil dilakukan dengan cara menentukan jenis benda apa yang akan dibuat (benda hias atau benda pakai), membuat desain produk, membuat desain hiasan pada produk, menyiapkan bahan dan alat serta langkah kerja pembuatan produk kerajinan tekstil
KERAJINAN BATIK
Pengertian Dan Fungsinya Membatik merupakan kegiatan berkarya seni menggunakan bahan lilin yang dipanaskan dan menggunakan alat canting atau kuas untuk membuat pola gambar atau motif yang dioleskan di atas selembar kain. Teknik pewarnaannya menggunakan teknik tutup celup. Karya seni batik ini merupakan salah satu seni terapan Nusantara yang menjadi ciri khas kebanggaan bangsa Indonesia. Sekarang ini, teknik membatik sudah lebih berkembang. Membatik tidak saja menggunakan alat canting tetapi sudah menggunakan jenis peralatan lain seperti kuas dan cap (printing). Maka karya seni batik kemudian dibedakan menjadi :
a. Karya seni Batik Tulis Menggunakan alat tradisional berupa canting dengan teknik yang lebih sederhana.
b. Karya seni Batik Cap (printing) Menggunakan alat modern dengan teknik yang lebih beban dan kreatif. Berdasarkan fungsinya, seni membatik dibedakan menjadi dua yaitu :
Fungsi Praktis Kain Batik dipergunakan sebagai bahan sandang untuk pakaian, sarung bantal, taplak meja dan sebagainya
Fungsi Estetis Kain dengan motif batik dapat dipergunakan sebagai karya seni hias atau lukisan. Pola batik gambar-gambar yang digunakan dalam membatik biasanya menggunakan ragam hias. Untuk karya seni batik tradisional selalu menggunakan ragam hias tertentu yang telah lama diterapkan secara turun-temurun sejak jaman dulu. Ragam hias tersebut mempunyai makna atau simbolik tertentu. Namun saat ini sudah banyak dijumpai ragam hias batik dengan pola kreasi yang lebih bebas. Pola Hias merupakan unsur dasar yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam mendesain sebuah hiasan Motif Hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam ragam hias, meliputi bentuk manusia, alam, tumbuhan dan hewan. Ragam hias adalah bentuk susunan pola hias dari satu atau lebih motif hias dengan kaidah estetik tertentu sehingga menghasilkan bentuk yang indah Ragam hias dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Motif geometris (pilin ganda, swastika, tumpal)
b. Motif non geometris (manusia, tumbuhan, hewan)
c. Motif benda mati (air, awan, batu, gunung, matahari)
KERAJINAN SULAM
Pengertian Bordir dan sulaman Bordir atau sulaman adalah hiasan yang dibuat di atas kain atau bahan-bahan lain dengan jarum jahit dan benang. Selain benang, hiasan untuk sulaman atau bordir dapat menggunakan bahan-bahan seperti potongan logam, mutiara, manik-manik, bulu burung, dan payet Hasil akhir sulaman dapat dibedakan menjadi:
Sulam datar: hasil sulaman rata dengan permukaan kain
Sulam terawang (kerawang): hasil sulaman berlubang-lubang, misalnya untuk taplak meja dan pinggiran kebaya
Sulam timbul: hasil sulaman membentuk gelombang di permukaan kain sesuai lekuk gambar. Jenis bordiran dan sulaman Sulam bebas atau sulam benang.
Dalam sulam benang, benang dijahit di atas kain dengan mengabaikan pola tenun kain. Teknik sulam seperti ini dipakai dalam sulam wol seperti bordir tradisional Cina dan Jepang. Sulam hitung jahitan Sulaman dibuat sambil menghitung jumlah jahitan yang dibuat. Sulaman dilakukan di atas kain tenunan sejajar seperti kain kanvas,kain aida, kain strimin, dan kain linen. Jenis sulaman yang termasuk sulam hitung jahitan adalah kruistik, sulam Assisi, needlepoint, dan blackwork.
KERAJINAN JAHIT PERCA
Pengertian jahit perca Perca adalah sisa-sisa guntingan kain yang ada setelah membuat pakaian atau karya kerajinan tekstil lainnya. Jahit perca/tambal seribu/patchwork adalah proses pembuatan suatu produk kerajinan tekstil yang terbuat dari potongan-potongan kain / perca yang digabungkan dengan cara dijahit sesuai dengan rencana. Jahit perca pada dasarnya dipelajari keteknikannya bukan pada bahannya.
Jenis-jenis jahit perca
Ada beberapa jenis Jahit Perca ditinjau dari cara pembuatannya adalah:
Cara acak (tak beraturan)
Jahit perca cara acak (tak beraturan) adalah teknik jahit dengan menggabungkan guntingan-guntingan kain dengan bentuk dan ukuran potongannya tidak sama, kemudian guntingan- guntingan tersebut dijahit sesuai dengan desain. Berikut ini adalah contoh karya jahit perca teknik acak.
Cara jiplakan pola (template)
Jahit perca teknik jiplakan pola adalah teknik jahit dengan menggabungkan guntingan-guntingan kain yang dipola terlebh dahulu, dan selanjutnya dijahit sesuai dengan rencana.
Cara tumpang tindih (overlapping)
Jahit perca teknik tumpang tindih adalah teknik jahit dengan menggabungkan guntingan-guntingan kain yang di pola terlebih dahulu dengan cara meletakkan pola bagian tengah diatas kain telah disiapkan dan selanjutnya dijahit bagian tepinya, kemudian tindihlah dengan pola berikutnya dengan cara dijahit dengan arah dari tengah ketepi hingga selesai secara keseluruhan.
Cara jahit jelujur
Jahit jelujur adalah teknik yang biasanya digunakan untuk memberi kesan keindahan. Untuk menggabungkannya tetap dikerjakan dengan teknik jahit mesin. Cara ini sifatnya hanya penghias, maka dapat diterapkan baik pada teknik acak, teknik template, teknik overlapping maupun teknik pola geometris.
Cara pola geometris.
Teknik jahit perca menggabungkan guntingan kain dengan bentuk polapola geometris (segi tiga, segi empat, segi lima dan bentuk-bentuk lainnya) yang terukur dan selanjutnya dijahit sesuai dengan desain.
KERAJINAN JAHIT TINDAS
Pengertian Jahit tindas (quilting) adalah teknik menghias permukaan kain dengan cara melapisi atau mengisi kain dengan bahan pelapis atau pengisi kemudian dijahit tindas pada permukaan kain sesuai dengan rencana. Jahit tindas adalah teknik pembuatan suatu benda kerajinan tekstil dengan cara mengisi atau melapiskan kain dengan bahan pelapis, kemudian dijahit pada bagian atas kain sesuai dengan desain.
2. Jenis jahit tindas:
1) Jahit tindas pengisi lembaran (wadded quilting) merupakan teknik menjahit dengan cara mengisi atau melapisi diantara dua kain dengan bahan pelapis yang berupa lembaran, kemudian dijahit sesuai pola (gambar).
2) Jahit tindas pengisi susulan (padded/stuffed quilting) merupakan teknik menjahit tindas datar tetapi pada bagian tertentu ditambahkan isian susulan (busa, dakron) untuk mendapatkan kesan yang lebih menonjol.
3) Jahit tindas pengisi tali (corded quilting)
Pada prinsipnya sama dengan pengisi susulan, bedanya menggunakan tali, penyelesaian bisa dijahit mesin atau tangan. 4. Jahit tindas efek bayangan merupakan gabungan dari jahit tindas pengisi lembaran, susulan/tali hanya ada penambahan kain transparan pada permukaan kain. 3. Bahan pelapis: - Koldore - Dakron - Busa - Tali - Kapas
KERAJINAN CETAK SARING
Cetak saring adalah salah satu teknik proses cetak yang menggunakan layar (screen) dengan kerapatan tertentu dan umumnya barbahan dasarNylon atau sutra. Layar ini kemudian diberi pola yang berasal dari negatif desain yang dibuat sebelumnya. Kain ini direntangkan dengan kuat agar menghasilkan layar dan hasil cetakan yang datar. Setelah diberi fotoresis dan disinari, akan terbentuk bagian-bagian yang bisa dilalui tinta dan tidak. Proses eksekusinya adalah dengan menuangkan tinta di atas layar dan kemudian disapu menggunakan palet atau rakel yang terbuat dari karet. Satu layar digunakan untuk satu warna. Sablo adalah sebuah teknik untuk mencetak tinta diatas bahan dengan bentuk yang kita kehendaki. Dengan bantuan screen sablon dan rakel sablon dalam proses pengerjaannya. Keunggulan dari teknik sablon adalah : bisa mencetak dengan jumlah yang banyak, hasil relatif stabil, bisa menghasilkan beberapa efek menarik, mis : glitters, glow in the dark, timbul, mengkilap/metalik, dsb. biaya cetak cukup terjangkau, fleksibel bisa di aneka jenis permukaan bahan.
Pencetakan dengan cara sablon di jaman serba Digital sekalipun akan terus diperlukan. Cetak dengan metode sablon sangat diperlukan untuk pencetakan dalam media yang tidak memungkinkan dilakukan oleh Mesin Digital dan Offset. Mesin sablon yang dapat bekerja otomatis juga telah banyak dipakai saat ini, namun meskipun demikian cetak sablon secara manual tentunya masih banyak dilakukan dengan pertimbangan biaya lebih murah, misalkan Sablon Kain untuk sepanduk dan pakaian, Kaos, Souvenir, sablon pada media plastik dan sebagainya. Pada artikel ini kita akan mengulas hal-hal penting dan mendasar tentang cara dan teknik pencetakan sablon yang dilakukan secara manual salah satu teknik proses cetak yang menggunakan layar (screen) dengan kerapatan tertentu dan umumnya barbahan dasar Nylon atau sutra. Tahapan dan cara kerjanya adalah sebagai berikut : Permukaan Screen Sablon di poleskan cairan kental kusus/ emulsion. Cairan ini apabila telah dioleskan dan dikeringkan pada permukaan screen tidak boleh terkena sinar matahari (dipoleskan dan dikeringkan pada ruangan yang gelap /Pada ruangan tanpa kena cahaya langsung ultra violet). Tujuannya adalah jika terkena cahaya saat sudah kering maka polesan tersebut tidak akan dapat larut dengan air dengan baik. Setelah kering.. permukaan tersebut di tempel/ditutup dengan Film dari hasil Print BW(Black/White) pada media plastik/film transparent atau pada umumnya dapat menggunakan kertas tranparan dari Kalkir.
Dilanjutkan dengan proses “Penyinaran” terhadap Sinar matahari atau dibawah sinar yang mengandung Ultraviolet. Proses penyinaran ini ditentukan dengan “Hitungan”
untuk mengukur lamanya penyinaran dan ditentukan oleh Keras tidaknya cahaya yang menerpa permukaan screen sablon tersebut. Film Kemudian dilepas dari permukaan screen. Film yang telah diprint tersebut akan “Menampakan” duplikasi dari apa yang telah kita print pada layar.
Tahan selanjutnya adalah Penyiraman Permukaan Screen dengan air. Cara penyiramanpun harus berhati-hati sekali. Kenapa ??? Karena hasil print yang tampak pada screen jika terkena air akan terlarut, ini disebabkan oleh karena Film yang dicetak
“Hitam” dan permukaan layar yang ditutup Hitam tidak akan mengeras (Karena tidak tembus sinar). Begitu juga sebaliknya. Disinilah perlu kehati-hatian dalam proses penyiraman yang sering disertai dengan alat bantu “Semprot air mini” dengan tujuan agar air bisa lebih keras dan bisa bagus tembus melelehkan hasil print yang tercetak. Tahapan selanjutnya yaitu pengeringan kembali dari proses diatas. Dan dilanjutkan pada proses Cetak dengan pemberian Tinta kusus Sablon. Proses eksekusinya adalah dengan menuangkan tinta di atas layar dan kemudian disapu menggunakan palet atau rakel yang terbuat dari karet. Satu layar digunakan untuk satu warna.Sementara bahan yang dicetak berada dibawah screen dablon dan dilakukan penekanan secara sedemikian rupa. Jadi proses cetak sablon adalah Tiap warna dalam sekali cetak.
KERAJINAN TENUN
Pengertian Kain Tenun Tenunan yang dikembangkan oleh setiap suku/ etnis di Nusa Tenggara Timur merupakan seni kerajinan tangan turun-temurun yang diajarkan kepada anak cucu demi kelestarian seni tenun tersebut. Motif tenunan yang dipakai seseorang akan dikenal atau sebagai ciri khas dari suku atau pulau mana orang itu berasal, setiap orang akan senang dan bangga mengenakan tenunan asal sukunya. Pada suku atau daerah tertentu, corak/motif binatang atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan seperti Sumba Timur dengan corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan, pohon tengkorak dan lain-lain, sedangkan Timor Tengah Selatan banyak menonjolkan corak motif burung, cecak, buaya dan motif kaif. Bagi daerah-daerah lain corak motif bunga-bunga atau daun-daun lebih ditonjolkan sedangkan corak motif binatang hanya sebagai pemanisnya saja. Kain tenun atau tekstil tradisional dari Nusa Tenggara Timur secara adat dan budaya memiliki banyak fungsi seperti :
1). Sebagai busana sehari-hari untuk melindungi dan menutupi tubuh.
2). Sebagai busana yang dipakai dalam tari-tarian pada pesta/upacara adat.
3). Sebagai alat penghargaan dan pemberian perkawinan (mas kawin)
4). Sebagai alat penghargaan dan pemberian dalam acara kematian.
5). Fungsi hukum adat sbg denda adat utk mengembalikan keseimbangan sosial yang terganggu.
6). Dari segi ekonomi sebagai alat tukar.
7). Sebagai prestise dalam strata sosial masyarakat.
8). Sebagai mitos, lambang suku yang diagungkan karena menurut corak/ desain tertentu akan melindungi mereka dari gangguan alam, bencana, roh jahat dan lain-lain.
9). Sebagai alat penghargaan kepada tamu yang datang (natoni) Dalam masyarakat tradisional Nusa Tenggara Timur tenunan sebagai harta milik keluarga yang bernilai tinggi karena kerajinan tangan ini sulit dibuat oleh karena dalam proses pembuatannya/ penuangan motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi penenun sehingga dari segi ekonomi memiliki harga yang cukup mahal.
Tenunan sangat bernilai dipandang dari nilai simbolis yang terkandung didalamnya, termasuk arti dari ragam hias yang ada karena ragam hias tertentu yang terdapat pada tenunan memiliki nilai spiritual dan mistik menurut adat. Pada mulanya tenunan dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai busana penutup dan pelindung tubuh, kemudian berkembang untuk kebutuhan adat (pesta, upacara, tarian, perkawinan, kematian dll), hingga sekarang merupakan bahan busana resmi dan modern yang didesain sesuai perkembangan mode, juga untuk memenuhi permintaan/ kebutuhan konsumen. Dalam perkembangannya, kerajinan tenun merupakan salah satu sumber pendapatan (UP2K) masyarakat Nusa Tenggara Timur terutama masyarakat di pedesaan. Pada umumnya wanita di pedesaan menggunakan waktu luangnya untuk menenun dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarganya dan kebutuhan busananya. Jika dilihat dari proses produksi atau cara mengerjakannya maka tenunan yang ada di Nusa Tenggara Timur dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni :
1. Tenun Ikat : disebut tenun ikat karena pembentukan motifnya melalui proses pengikatan ben ang. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, untuk menghasilkan motif pada kain maka benang pakannya yang diikat, sedangkan tenun ikat di Nusa Tenggara Timur, untuk menghasilkan motif maka benang yang diikat adalah benang Lungsi
2. Tenun Buna : istilah daerah setempat (Timor Tengah Utara) "tenunan buna" yang maksudnya menenun untuk membuat corak atau ragam hias/motif pada kain mempergunakan benang yang terlebih dahulu telah diwarnai.
3. Tenun Lotis/ Sotis atau Songket : disebut juga tenun Sotis atau tenun Songket, dimana proses pembuatannya mirip dengan pembuatan tenun Buna yaitu mempergunakan benang-benang yang telah diwarnai.
Dilihat dari kegunaannya, produk tenunan di Nusa Tenggara Timur terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu : sarung, selimut dan selendang dengan warna dasar tenunan pada umumnya warna-warna dasar gelap, seperti warna hitam, coklat, merah hati dan biru tua. Hal ini disebabkan karena masyarakat/ pengrajin dahulu selalu memakai zat warna nabati seperti tauk, mengkudu, kunyit dan tanaman lainnya dalam proses pewarnaan benang, dan warna-warna motif dominan warna putih, kuning langsat, merah mereon. Untuk pencelupan/ pewarnaan benang, pengrajin tenun di Nusa Tenggara Timur telah menggunakan zat warna kimia yang mempunyai keunggulan sepeti : proses pengerjaannya cepat, tahan luntur, tahan sinar, dan tahan gosok, serta mempunyai warna yang banyak variasinya. Zat warna yang dipakai tersebut antara lain : naphtol, direck, belerang dan zat warna reaktif. Namun demikian sebagian kecil pengrajin masih tetap mempergunakan zat warna nabati dalam proses pewarnaan benang sebagai konsumsi adat dan untuk ketahanan kolektif, minyak dengan zat lilin dan lain-lain untuk mendapatkan kwalitas pewarnaan dan penghematan obat zat pewarna. Dari ketiga jenis tenunan tersebut diatas maka penyebarannya dapat dilihat sebagai berikut :
1). Tenun Ikat : penyebarannya hampir merata disemua Kabupaten di Nusa Tenggara Timur kecuali Kabupaten Manggarai dan sebagian Kabupaten Ngada.
2). Tenun Buna : Penyebarannya di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu dan yang paling banyak adalah di Kabupaten Timor Tengah Utara.
3). Tenun Lotis/ Sotis atau Songket ; terdapat di Kabupaten/ Kota Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Flores Timur, Lembata, Sikka, Ngada, Manggarai, Sumba Timur dan Sumba Barat.
KERAJINAN TAPES TRI
apestry adalah sebuah bentuk seni tekstil berupa tenun tradisional yang biasa dilakukan pada alat tenun vertikal. Namun, juga dapat dilakukan di lantai juga. Proses htenun ini terdiri dari dua arah benang yang bersilangan, yang sejajar dengan panjang disebut “warp” / benang lungsin dan sejajar dengan lebar disebut “weft” / benang pakan.
Kebanyakan penenun tapestry menggunakan benang lungsin berbahan alami seperti benang linen atau benang katun. Benang pakan yang dipakai berupa benang wol atau benang katun, namun bisa pula benang sutra, benang emas, benang perak, atau alternatif media lain. Tapestry telah diproduksi dan digunakan sejak zaman Helenis. Contoh kerajinan tapestry Yunani yang pernah ditemukan berasal dari abad ke-3 SM dalam kondisi terawetkan di gurun Tarim Basin. Kerajinan tapestry mencapai tahap baru produksi massal di Eropa pada awal abad ke-14 Masehi. Gelombang pertama produksi berasal dari Jerman dan Swiss. Seiring waktu, kerajinan diperluas ke Prancis dan Belanda. Konotasi istilah tapestry ini juga digunakan untuk menggambarkan hasil kerajinan tekstil yang dibuat pada alat tenun Jacquard. Sebelum tahun 1990-an, tapestry yang terkenal Abad Pertengahan telah diproduksi dengan menggunakan teknik Jacquard. Namun pada abad modernisasi, artis seperti Chuck Close dan Magnolia Editions telah mengadaptasi proses Jacquard yang terkomputerisasi untuk menghasilkan karya seni rupa yang indah memukau.
KERAJINAN MAKRAME
Makrame adalah bentuk seni kerajinan simpul-menyimpul dengan menggarap rantaian benang awal dan akhir suatu hasil tenunan, dengan membuat berbagai simpul pada rantai benang tersebut sehingga terbentuk aneka rumbai dan jumbai Dalam membuat makrame, ada beberapa teknik yang digunakan antara lain teknik pilin,simpul,anyam, atau rajut. Hasil karya kerajinan makrame memiliki kesesuaian fungsi, kekuatan, dan keindahan yang berbeda-beda. Fungsi karya kerajinan dapat dilihat dari penggunan benda tersebut. Kekuatan dari karya kerajinan ditentukan dari kualitas bahan dasar yang digunakan. Apabila bahan dasar yang digunakan kuat maka kualitasnya akan bagus. Keindahan karya kerajinan makrame dapat dilihat dari model benda yang dibuat, corak, hiasan atau aksesoris dari benda tersebut. Berikut ini cara membuat makrame untuk gantungan kunci. Alat dan Bahan : - dua pita kain yang berbeda warna dengan ukuran ± 1,5 m dan lebar 7 mm. - Tempat kunci - Gunting Cara Membuat :
1. Sediakan pita kain dalam 2 warna, misalnya warna merah dan kuning.
2. Gunting ujung kedua pita, kemudian masukkan ke dalam ring tempat kunci. Tarik dan samakan panjangnya, sehingga pita menjadi rangkap empat.
3. Rapikan kemudian disimpul mati dan pita siap dianyam.
4. Jepit pita diantara jari telunjuk dan jari tengah, kemudian mulailah menganyam ! Cara Menganyam :
1. Letakkan pita bersilang, seperti tanda tambah (+)
2. Silangkanlah pita 1 ke kiri melalui pita 2a !
3. Silangkanlah pita 2a ke atas melalui pita 1 !
4. Silangkanlah pita 1a ke kanan melalui pita 2a !
5. Silangkanlah pita 2 ke bawah melalui pita 1a dan masukkan ke pita 1 !
6. Tariklah keempat ujung-ujung pita sehingga anyaman menjadi rapi !
7. Setelah itu buatlah anyaman berikutnya seperti cara di atas ! (lakukan sesuai petunjuk mulai langkah no (1 – 6 )
8. Lakukan/ buatlah hingga sampai keempat pita tersebut menjadi pendek (kira-kira 5cm) kemudian ikatlah ujungnya ! Untuk mempercantik gantungan, bisa diberi aksesoris berupa lonceng kecil.
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:
1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll).
2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran
3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar
4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir.
SARAN Untuk penyempurnaan pembuatan makalah kedepannya, kami mengharapkan adanya saran dari semua pihak baik guru maupun seluruh siswa yang membaca makalah kewirausahaan ini terhadap kekurangan yang terdapat pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://komangardana96.blogspot.co.id/2014/09/materi-kerajianan-tekstil.html
http://pustakamateri.web.id/klasifikasi-tekstil-dan-desain-tekstil/
Comments
Post a Comment